Di Jepang metode pengobatan ini telah dianggap seni dan berlaku turun temurun. Di Indonesia, metode ini mulai diterapkan.
Jin Shin Jyutsu (JSJ) jika diterjemahkan berarti penyembuhan diri sendiri dengan bantuan sang pencipta. Pada dasarnya teknik JSJ ini adalah menyentuh 26 titik di tubuh yang disebut SEL (Safety Energy Lock), untuk mengembalikan keseluruhan harmoni tubuh.
"Pada dasarnya tubuh kita layaknya rumah dengan saklar listriknya. Jika satu saklar turun, maka sebagian rumah akan gelap. Ke-26 SEL itu adalah saklar yang jika mereka tidak berfungsi, maka teknik JSJ akan membantu mengaktifkannya kembali," ujar Diwien Hartono, salah satu terapis yang menggunakan metode JSJ.
Sejak tahun 2008, Diwien telah menjadi terapis di klinik bilangan Dharmawangsa Jakarta Selatan. Berbagai penyakit telah berhasil ia sembuhkan. Misalnya pasien yang terserang stroke, depresi juga kanker. Namun Diwien tak pernah menyebut metode penyembuhannya sebagai pengganti tindakan medis dari dokter.
"Misalnya pada penyakit kanker, obat-obatan dari dokter itu akan mengikis kanker. Tapi JSJ akan membersihkan akarnya hingga kanker itu akan benar-benar mati dan selnya tak hidup lagi. Bisa dibilang metode ini adalah pelengkap, bukannya pengganti," ujarnya.
Diwien punya berbagai pengalaman dalam menyembuhkan. Ia bahkan pernah menyelamatkan dirinya sendiri dari serangan kista pada tahun 2010 lalu. Kista di dalam hatinya telah membesar hingga 1,5 cm. Dokter menyarankan agar dia melakukan operasi untuk mencegah penyebaran kista tersebut.
"Saya minta waktu dokter untuk memundurkan waktu operasi selama tiga minggu. Selama itulah saya menterapi diri saya sendiri secara intensif. Saat diperiksa lagi, kista saya sudah hilang," tambah terapis yang memiliki sertifikat dari Amerika Serikat itu.
Lebi lanjut Diwien menjelaskan bahwa, dalam JSJ pasien tak perlu tergantung pada terapisnya. Saat mereka tahu titik-titik mana saja yang perlu disentuh, maka mereka bisa melakukannya sendiri.
Diwien Hartono juga merupakan salah satu terapis yang ada di Namaste Yoga Festival, Jakarta, 2,3,4 Desember 2011.
0 komentar:
Posting Komentar